PENGERTIAN FOTO JURNALISTIK DAN SEJARAHNYA
PENGERTIAN FOTO JURNALISTIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, foto dapat diartikan sebagai 1.Potret ; 2.Gambaran ; bayangan ; pantulan. Sedangkan jurnalistik dapat diartikan yang menyangkut kewartawanan ; persuratkabaran. Dari sini dapat disimpulkan bahwa foto jurnalistik merupakan potret atau gambaran yang menyangkut kewartawanan atau persuratkabaran.
Sedangkan menurut Sugiarto, Atok (2005 : 19), foto jurnalistik sesungguhnya merupakan foto berita namun tidak harus dibuat oleh wartawan foto atau pekerja pers. Siapapun bisa membuatnya. Jadi pada intinya, foto jurnalistik merupakan foto yang memiliki nilai berita.
Fotografi jurnalistik menunjukkan sesuatu yang tidak semua orang biasa melihatnya karena tidak semua orang bisa bepergian di mana tempatnya bukan tujuan utama untuk bepergian. Seperti yang dikutip pada buku Photojournalism (1972:12) : Photojournalism shows us thing that we would not ordinary see ; It takes us to place where we would not normally go ; It explains the enormously complicated warp and woof of the world.
SEJARAH SINGKAT FOTOGRAFI JURNALISTIK
Awal foto jurnalistik bisa dilihat berupa gambar dan kartun yang kadang muncul pada penerbitan pers abad ke-18. Pada tahun 1570an, Benjamin Franklin menerbitkan The Pennsylvania Gazette. Mungkin, apa yang merupakan contoh pertama penerbitan berita modern ditunjukkan pada The Illustrated London News pada tahun 1842. Di lapangan banyak gambar berita yang menunjukkan kekerasan di Queen Victoria. Meski saat itu daguerreeotype telah dikenal bertahun-tahun, tetapi belum ada kamera yang mampu merekam aksi kekerasan itu. Gambar yang menjadi ilustrasi merupakan gambar tangan dari seseorang yang bertugas menggambar ilustrasi.
Penggunaan teknik fotografi untuk media cetak baru terjadi pada akhir abad 19. Pada tanggal 4 Maret 1877, surat kabar New York Daily Graphic yang terbit di Amerika memunculkan foto karya Henry J. Newton. Fotonya menggambarkan tentang tambang pengeboran. Sejak saat itu foto digunakan untuk melengkapi berita yang ditulis.
Istilah ‘foto jurnalistik’ sendiri ditemukan oleh Cliff Edom (1907-1991), seoramg dosen Universitas Missouri Sekolah Ilmu Jurnalistik selama 29 tahun. Namun, beberapa mengatakan jika istilah ini ditemukan oleh Frank Mott, sekat di universitas yang sama.
MAKNA DAN PERBEDAAN FOTO JURNALISTIK DENGAN FOTO BERITA
Setiap foto memiliki maknanya, begitu juga dengan foto jurnalistik atau foto berita. Foto berita dapat dijadikan sebagai lambang, himbauan, pesan, berita, dan komentar sosial. Seseorang dapat mengetahui makna dari foto jurnalistik dengan melihatnya. Untuk dapat mengetahui makna dari sebuah foto, seseorang harus memiliki kepekaan sosial serta mampu “membaca” karena diperlukan adanya kemampuan untuk meresapi “isi cerita” foto tersebut apakah mengandung pesan yang ingin disampaikan atau tidak.
Pada dunia jurnalistik atau berita, suatu foto yang ditampilkan memiliki sifat jujur dan tidak memihak. Dalam pelaksanaannya, berprinsip murni. Hal ini dikarenakan foto yang dihasilkan berasal dari kejadian yang nyata.
Ada sedikit perbedaan antara foto jurnalistik dengan foto berita meski memiliki inti yang sama. Menurut Sugiarto, Atok (2005:19), foto jurnalistik sesungguhnya juga foto berita, namun tidak harus dibuat oleh wartawan foto atau pekerja pers. Siapapun bisa membuatnya. Oleh karena itu, tidak ada keharusan menyebarkan/mempublikasikannya, sehingga mungkin saja hanya disimpan dalam laci untuk koleksi. Sedangkan foto berita adalah foto yang mengandung berita atau diberitakan. Karena dipublikasikan/diberitakan, ia lantas dinamai foto berita. Namun, karena peristiwa/kejadiannya mengandung sesuatu yang segera diketahui orang banyak dan disiarkan luas di media-media cetak, foto tersebut menjadi foto berita.
Dari keterangan diatas dapat ditemukan sebuah perbedaan antara foto jurnalistik dan foto berita. Perbedaannya hanya terletak pada dipublikasikan atau tidak foto tersebut kepada masyarakat umum. Selain kedua foto tersebut, ada juga yang disebut dengan foto kewartawanan. Perbedaannya dengan foto berita dan foto jurnalistik hanya terletak pada orang yang membuatnya. Orang yang membuat foto kewartawanan adalah seorang wartawan foto dan foto yang dibuatnya memiliki kemungkinan untuk disiarkan.
KRITERIA FOTO JURNALISTIK
Tidak semua foto dijadikan foto jurnalistik, ada kriteria-kriteria tertentu yang mengatur tentang foto jurnalistik ini. Sama seperti berita, foto berita harus memiliki unsur 5W+1H. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1.Apa (what)
Mengenai judul atau tentang peristiwa apa yang sedang terjadi
2.Siapa (who)
Maksudnya adalah siapa yang menjadi pelaku atau tokoh dari peristiwa yang sedang diliput.
3.Di mana (where)
Maksudnya tentang tempat kejadian yang sedang diliput.
4.Kapan (when)
Maksudnya tentang waktu kejadian itu terjadi.
5.Mengapa (why)
Mengenai pertanyaan mengapa sampai terjadi hal-hal yang menjadi berita .
6.Bagaimana (how)
Mengenai proses peristiwa yang sedang diliput terjadi.
BIDANG-BIDANG DALAM FOTO JURNALISTIK ATAU FOTO BERITA
Foto-foto untuk keperluan pemberitaan memiliki bidang-bidang tertentu sesuai dengan berita yang ditulis. Menurut, Soelarko, R.M (1985:62), bidang-bidang tersebut antara lain :
1. Wartawan Perang
Sesuai dengan namanya, wartawan perang bertugas untuk melaporkan situasi perang kepada masyarakat. Situasi peperangan yang beresiko membuat wartawan perang perlu mendapat perlakuan khusus, seperti misalnya peralatan yang mutakhir dalam dunia fotografi yang memungkinan untuk memotret dari jarak yang aman.
2. Wartawan Foto Majalah
Tugas wartawan foto majalah tidak seberat tugas wartawan perang. Tradisi dimulainya dengan munculnya Life Magazine sebagai majalah foto (Photo Magazine) yang telah melahirkan wartawan-wartawan foto kaliber dunia. Kemudian muncul majalah-majalah lain yang juga sebagai majalah foto seperti Vogue (fashion), Popular Science (Hobi Ilmiah Populer), National Geographic Magazine, dan masih banyak lagi.
3. Foto Olahraga
Sesuai dengan namanya, foto olahraga merupakan foto yang diambil pada saat ada pertandingan olahraga. Acara-acara olahraga di Amerika memiliki banyak sekali penggemar di seluuruh dunia. Penyiaran acara-acara semacam ini ke seluruh dunia apalagi saat ini didukung oleh teknologi satelit. Karena itu, industri ini mampu membayar yang paling baik dan terjadi kompetisi dalam meningkatkan mutu pemberitahuan.
4. General Interest
Yang dimaksud dengan general interest di sini adalah foto yang dibuat karena adanya keperluan industri dan ilmiah, misalnya untuk keperluan ilustrasi.
Berbeda dengan R.M Soelarko. Menurut Sugiarto, Atok (2005:26), yang termasuk kategori foto berita atau foto kewartawanan adalah :
1. Berita Spot
Lazim disebut hot news (berita hangat) atau hard news (berita berat). Materi beritanya berupa aneka peristiwa mendadak dan berlangsung sekejap, seperti misalnya bencana alam, huru-hara, dan berbagai fenomena alam dan kehidupan manusia.
2. Berita Feature
Bisa diartikan juga sebagai cerita dibalik berita. Idealnya, foto berita ini masih berkaitan dengan berita spot tetapi penggarapannya yang berbeda karena dalam foto ini pembaca seolah diajak untuk ikut merasakan peristiwa yang terjadi. Keterangan foto yang menjelaskan kapan, di mana, dan unsur-unsur lain bisa menjadi pendukung kekuatan gambar.
3. Berita Olahraga
Merupakan foto berita yang berasal dari kegiatan olahraga.
4. Berita Potret
Pengertiannya adalah ungkapan grafis yang mampu menampulkan karakteristik dan suasana hati manusia. Umumnya berobjek orang terkenal, namun demikian orang biasa juga bisa dijadikan objek.
5. Berita Pariwisata
Berita pariwisata mengangkat tentang kegiatan pariwisata. Tujuannya membangun rasa saling pengertian dan mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan. Foto harus mengandung informasi bagi masyarakat baik tempat dengan suasananya, ciri khas, adat istiadat yang dapat menambah pengetahuan.
6. Berita Fesyen
Berita fesyen berkaitan dengan dunia mode. Untuk membuat foto dengan jenis seperti ini, wartawan foto dituntut untuk mengerahkan keahliannya mengendalikan fasilitas kamera maupun lensa.
7. Berita Celah Kehidupan
Yang diutamakan untuk berita seperti ini adalah keunikan objek. Secara umum, foto celah kehidupan sering diambil dengan cara sembunyi-sembunyi agar hasil foto tampak apa adanya.
8. Berita Lingkungan Hidup
Sesuai namanya, berita yang ditulis berkaitan dengan lingkungan hidup. Nilai lebih foto terletak pada kemampuan pemotret menyajikan objek dalam balutan aktualitas.
9. Berita Satwa
Berita stawa berkaitan dengan kehidupan dunia satwa yang ada
10. Berita Humor
Foto dalam berita ini merupakan foto yang mampu memabuat pembacanya tersenyum atau tertawa karena adanya humor pada foto yang diserahkan.
TEMA PENYAJIAN FOTO JURNALISTIK
Ada beberapa tema dalam menyajikan foto di media cetak :
1. Foto tunggal
Foto tunggal dapat diartikan sebagai foto yang berdiri sendiri sebagai laporan. Foto tunggal yang baik bisa menjadi simbol peristiwa yang terjadi. Sebisa mungkin foto tunggal dapat menggambarkan emosi, kebesaran, atau hal-hal yang menarik dari objek.
2. Foto sekuens
Dalam menyajikan foto sekuens, pemotret bebas menyajikan peristiwa atau bercerita tentang keadaan tertentu sesuai kemampuan mengekspresikan apa yang dilihatnya di kamera.
3. Essai
Secara umum, essai umum tidak jauh berbeda dengan essai yang berbentuk tulisan. Essai foto berisi tentang opini pemotret terhadap suatu kejadian atau objek dari sudut pandang tertentu. Essai foo disusun menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah yang mengawali cerita, bagian kedua merupakan pesan utama teman, dan bagian ketiga merupakan foto penutup.
ASPEK YANG MEMPENGARUHI BERHASILNYA SUATU FOTO JURNALISTIK
Bagus tidaknya foto ditentukan oleh banyak hal, tidak tentu karena peralatannya. Ada aspek-aspek lain yang memperngaruhinya, antara lain :
1. Keahlian
Keahlian atau keterampilan pemotret menggunakan kamera sangat berpengaruh pada hasil foto yang diambilnya. Jangan sampai seorang pemotret kehilangan moment yang dia tunggu hanya karena keterampilannya yang kurang.
2. Selera seni
Selera seni sangat mempengaruhi indah tidaknya hasil foto. Hal ini berkaitan dengan sudut pengambilan, pencahayaan, serta komposisi yang baik. Tanpa adanya unsur seni, pemotret takkan bisa membuat foto yang baik dan berhasil.
3. Objek
Menarik tidaknya suatu objek, tergantung pada penentuan sudut pemotretnya. Hal ini dikarenakan tidak semua objek indah difoto dan menghasilkan foto yang indah pula.
4. Peralatan
Pemotret harus bisa menggunakan peralatan yang sesuai dengan yang ia perlukan. Tanpa adanya peralatan lengkap, pemotret tentu tak adapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
5. Cetakan
Cetakan dalam hal ini adalah media yang digunakan untuk mencetak foto. Cetakan merupakan aspek penunjang keberhasilan yang tak kalah penting dibanding aspek-aspek penunjang lain
Dari penjelasan-penjelasan selanjutnya dapat diambil kesimpulan serta saran yang berkaitan dengan fotografi jurnalistik, yaitu :
KESIMPULAN
1. Foto jurnalistik merupakan suatu foto yang berkaitan dengan berita atau persuratkabaran.
2. Penggunaan teknik fotografi untuk media cetak baru terjadi pada akhir abad 19.
3. Setiap foto jurnalistik atau foto berita pasti memiliki makna atau arti.
4. Ada sedikit perbedaan antara foto jurnalistik, foto berita, dan foto kewartawanan. Perbedaan itu terletak pada orang yang membuatnya karena pada dasarnya ini foto berita dengan foto jurnalistik sama.
5. Foto jurnalistik memiliki kriteria-kriteria tertentu.
6. Ada berbagai macam jenis atau bidang-bidang foto berita. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis yang disampaikan.
7. Selain kriteria, ada tema dalam penyajian foto.
8. Suatu foto jurnalistik yang baik dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu
SARAN
1. Seiring berjalannya waktu maka teknologi semakin canggih. Diharapkan dengan adanya teknologi maka dapat mempermudah pekerjaan seorang wartawan foto.
2. Meski sudah modern, tetapi sejarah fotografi jurnalistik harus diketahui oleh mereka yang ingin menjadi seorang wartawan foto.
3. Keahlian seorang wartawan foto merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi hasil foto, jadi sebelum benar-benar langsung terjun ke lapangan sebaiknya berlatih dulu.
DAFTAR PUSTAKA
Books, Editor of Time-Life. 1972. Photojournalism. Nederland : Time-Life International.
Dunn, Philip. 1988. Press Photography. United Kingdom : The Oxford Illustrated Press.
Hawe, Dodo. 2009. Sejarah dan Pemahaman Foto Jurnalistik. http://dodohawe.wordpress.com/2009/03/19/sejarah-dan-pemahaman-fotojurnalistik.
Penyusun, Tim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Soelarko, Prof.Dr.R.M. Foto yang Berkisah. Semarang : Dahara Publishing
Penerbit Andi.
Soelarko, Prof.Dr.R.M. 1985. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung : PT Karya Nusantara.
Sugiarto, Atok. 2005. Paparazzi: Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar