FOTO DALAM DUNIA BERITA

Senin, 20 Desember 2010

  PENGERTIAN FOTO JURNALISTIK DAN SEJARAHNYA
PENGERTIAN FOTO JURNALISTIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, foto dapat diartikan sebagai 1.Potret ; 2.Gambaran ; bayangan ; pantulan. Sedangkan jurnalistik dapat diartikan yang menyangkut kewartawanan ; persuratkabaran. Dari sini dapat disimpulkan bahwa foto jurnalistik merupakan potret atau gambaran yang menyangkut kewartawanan atau persuratkabaran.
Sedangkan menurut Sugiarto, Atok (2005 : 19), foto jurnalistik sesungguhnya merupakan foto berita namun tidak harus dibuat oleh wartawan foto atau pekerja pers. Siapapun bisa membuatnya. Jadi pada intinya, foto jurnalistik merupakan foto yang memiliki nilai berita.
Fotografi jurnalistik menunjukkan sesuatu yang tidak semua orang biasa melihatnya karena tidak semua orang bisa bepergian di mana tempatnya bukan tujuan utama untuk bepergian. Seperti yang dikutip pada buku Photojournalism (1972:12) : Photojournalism shows us thing that we would not ordinary see ; It takes us to place where we would not normally go ; It explains the enormously complicated warp and woof of the world.

SEJARAH SINGKAT FOTOGRAFI JURNALISTIK
Awal foto jurnalistik bisa dilihat berupa gambar dan kartun yang kadang muncul pada penerbitan pers abad ke-18. Pada tahun 1570an, Benjamin Franklin menerbitkan The Pennsylvania Gazette. Mungkin, apa yang merupakan contoh pertama penerbitan berita modern ditunjukkan pada The Illustrated London News pada tahun 1842. Di lapangan banyak gambar berita yang menunjukkan kekerasan di Queen Victoria. Meski saat itu daguerreeotype telah dikenal bertahun-tahun, tetapi belum ada kamera yang mampu merekam aksi kekerasan itu. Gambar yang menjadi ilustrasi merupakan gambar tangan dari seseorang yang bertugas menggambar ilustrasi.
Penggunaan teknik fotografi untuk media cetak baru terjadi pada akhir abad 19. Pada tanggal 4 Maret 1877, surat kabar New York Daily Graphic yang terbit di Amerika memunculkan foto karya Henry J. Newton. Fotonya menggambarkan tentang tambang pengeboran. Sejak saat itu foto digunakan untuk melengkapi berita yang ditulis.
Istilah ‘foto jurnalistik’ sendiri ditemukan oleh Cliff Edom (1907-1991), seoramg dosen Universitas Missouri Sekolah Ilmu Jurnalistik selama 29 tahun. Namun, beberapa mengatakan jika istilah ini ditemukan oleh Frank Mott, sekat di universitas yang sama.

MAKNA DAN PERBEDAAN FOTO JURNALISTIK DENGAN FOTO BERITA
Setiap foto memiliki maknanya, begitu juga dengan foto jurnalistik atau foto berita. Foto berita dapat dijadikan sebagai lambang, himbauan, pesan, berita, dan komentar sosial. Seseorang dapat mengetahui makna dari foto jurnalistik dengan melihatnya. Untuk dapat mengetahui makna dari sebuah foto, seseorang harus memiliki kepekaan sosial serta mampu “membaca” karena diperlukan adanya kemampuan untuk meresapi “isi cerita” foto tersebut apakah mengandung pesan yang ingin disampaikan atau tidak.
Pada dunia jurnalistik atau berita, suatu foto yang ditampilkan memiliki sifat jujur dan tidak memihak. Dalam pelaksanaannya, berprinsip murni. Hal ini dikarenakan foto yang dihasilkan berasal dari kejadian yang nyata.
Ada sedikit perbedaan antara foto jurnalistik dengan foto berita meski memiliki inti yang sama. Menurut Sugiarto, Atok (2005:19), foto jurnalistik sesungguhnya juga foto berita, namun tidak harus dibuat oleh wartawan foto atau pekerja pers. Siapapun bisa membuatnya. Oleh karena itu, tidak ada keharusan menyebarkan/mempublikasikannya, sehingga mungkin saja hanya disimpan dalam laci untuk koleksi. Sedangkan foto berita adalah foto yang mengandung berita atau diberitakan. Karena dipublikasikan/diberitakan, ia lantas dinamai foto berita. Namun, karena peristiwa/kejadiannya mengandung sesuatu yang segera diketahui orang banyak dan disiarkan luas di media-media cetak, foto tersebut menjadi foto berita.
Dari keterangan diatas dapat ditemukan sebuah perbedaan antara foto jurnalistik dan foto berita. Perbedaannya hanya terletak pada dipublikasikan atau tidak foto tersebut kepada masyarakat umum. Selain kedua foto tersebut, ada juga yang disebut dengan foto kewartawanan. Perbedaannya dengan foto berita dan foto jurnalistik hanya terletak pada orang yang membuatnya. Orang yang membuat foto kewartawanan adalah seorang wartawan foto dan foto yang dibuatnya memiliki kemungkinan untuk disiarkan.

KRITERIA FOTO JURNALISTIK
Tidak semua foto dijadikan foto jurnalistik, ada kriteria-kriteria tertentu yang mengatur tentang foto jurnalistik ini. Sama seperti berita, foto berita harus memiliki unsur 5W+1H. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1.Apa (what)
Mengenai judul atau tentang peristiwa apa yang sedang terjadi
2.Siapa (who)
Maksudnya adalah siapa yang menjadi pelaku atau tokoh dari peristiwa yang sedang diliput.
3.Di mana (where)
Maksudnya tentang tempat kejadian yang sedang diliput.
4.Kapan (when)
Maksudnya tentang waktu kejadian itu terjadi.
5.Mengapa (why)
Mengenai pertanyaan mengapa sampai terjadi hal-hal yang menjadi berita .
6.Bagaimana (how)
Mengenai  proses peristiwa yang sedang diliput terjadi.

BIDANG-BIDANG DALAM FOTO JURNALISTIK ATAU FOTO BERITA
Foto-foto untuk keperluan pemberitaan memiliki bidang-bidang tertentu sesuai dengan berita yang ditulis. Menurut, Soelarko, R.M (1985:62),  bidang-bidang tersebut antara lain :
1.      Wartawan Perang
Sesuai dengan namanya, wartawan perang bertugas untuk melaporkan situasi perang kepada masyarakat. Situasi peperangan yang beresiko membuat wartawan perang perlu mendapat perlakuan khusus, seperti misalnya peralatan yang mutakhir dalam dunia fotografi yang memungkinan untuk memotret dari jarak yang aman.
2.      Wartawan Foto Majalah
Tugas wartawan foto majalah tidak seberat tugas wartawan perang. Tradisi dimulainya dengan munculnya Life Magazine sebagai majalah foto (Photo Magazine) yang telah melahirkan wartawan-wartawan foto kaliber dunia. Kemudian muncul majalah-majalah lain yang juga sebagai majalah foto seperti Vogue (fashion), Popular Science (Hobi Ilmiah Populer), National Geographic Magazine, dan masih banyak lagi.
3.      Foto Olahraga
Sesuai dengan namanya, foto olahraga merupakan foto yang diambil pada saat ada pertandingan olahraga. Acara-acara olahraga di Amerika memiliki banyak sekali penggemar di seluuruh dunia. Penyiaran acara-acara semacam ini ke seluruh dunia apalagi saat ini didukung oleh teknologi satelit. Karena itu, industri ini mampu membayar yang paling baik dan terjadi kompetisi dalam meningkatkan mutu pemberitahuan.
4.      General Interest
Yang dimaksud dengan general interest di sini adalah foto yang dibuat karena adanya keperluan industri dan ilmiah, misalnya untuk keperluan ilustrasi.
Berbeda dengan R.M Soelarko. Menurut Sugiarto, Atok (2005:26), yang termasuk kategori foto berita atau foto kewartawanan adalah :
1.      Berita Spot
Lazim disebut hot news (berita hangat) atau hard news (berita berat). Materi beritanya berupa aneka peristiwa mendadak dan  berlangsung sekejap, seperti misalnya bencana alam, huru-hara, dan berbagai fenomena alam dan kehidupan manusia.
2.      Berita Feature
Bisa diartikan juga sebagai cerita dibalik berita. Idealnya, foto berita ini masih berkaitan dengan berita spot tetapi penggarapannya yang berbeda karena dalam foto ini pembaca seolah diajak untuk ikut merasakan peristiwa yang terjadi. Keterangan foto yang menjelaskan kapan, di mana, dan unsur-unsur lain bisa menjadi pendukung kekuatan gambar.
3.      Berita Olahraga
Merupakan foto berita yang berasal dari kegiatan olahraga.
4.      Berita Potret
Pengertiannya adalah ungkapan grafis yang mampu menampulkan karakteristik dan suasana hati manusia. Umumnya berobjek orang terkenal, namun demikian orang biasa juga bisa dijadikan objek.
5.      Berita Pariwisata
Berita pariwisata mengangkat tentang kegiatan pariwisata. Tujuannya membangun rasa saling pengertian dan mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan. Foto harus mengandung informasi bagi masyarakat baik tempat dengan suasananya, ciri khas, adat istiadat yang dapat menambah pengetahuan.
6.      Berita Fesyen
Berita fesyen berkaitan dengan dunia mode. Untuk membuat foto dengan jenis seperti ini, wartawan foto dituntut untuk mengerahkan keahliannya mengendalikan fasilitas kamera maupun lensa.
7.      Berita Celah Kehidupan
Yang diutamakan untuk berita seperti ini adalah keunikan objek. Secara umum, foto celah kehidupan sering diambil dengan cara sembunyi-sembunyi agar hasil foto tampak apa adanya.
8.      Berita Lingkungan Hidup
Sesuai namanya, berita yang ditulis berkaitan dengan lingkungan hidup. Nilai lebih foto terletak pada kemampuan pemotret menyajikan objek dalam balutan aktualitas.
9.      Berita Satwa
Berita stawa berkaitan dengan kehidupan dunia satwa yang ada
10.  Berita Humor
Foto dalam berita ini merupakan foto yang mampu memabuat pembacanya tersenyum atau tertawa karena adanya humor pada foto yang diserahkan.

TEMA PENYAJIAN FOTO JURNALISTIK
Ada beberapa tema dalam menyajikan foto di media cetak :
1.      Foto tunggal
Foto tunggal dapat diartikan sebagai foto yang berdiri sendiri sebagai laporan. Foto tunggal yang baik bisa menjadi simbol peristiwa yang terjadi. Sebisa mungkin foto tunggal dapat menggambarkan emosi, kebesaran, atau hal-hal yang menarik dari objek.
2.      Foto sekuens
Dalam menyajikan foto sekuens, pemotret bebas menyajikan peristiwa atau bercerita tentang keadaan tertentu sesuai kemampuan mengekspresikan apa yang dilihatnya di kamera.
3.      Essai
Secara umum, essai umum tidak jauh berbeda dengan essai yang berbentuk tulisan. Essai foto berisi tentang opini pemotret terhadap suatu kejadian atau objek dari sudut pandang tertentu. Essai foo disusun menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah yang mengawali cerita, bagian kedua merupakan pesan utama teman, dan bagian ketiga merupakan foto penutup.

ASPEK YANG MEMPENGARUHI BERHASILNYA SUATU FOTO JURNALISTIK
Bagus tidaknya foto ditentukan oleh banyak hal, tidak tentu karena peralatannya. Ada aspek-aspek lain yang memperngaruhinya, antara lain :
1.      Keahlian
Keahlian atau keterampilan pemotret menggunakan kamera sangat berpengaruh pada hasil foto yang diambilnya. Jangan sampai seorang pemotret kehilangan moment yang dia tunggu hanya karena keterampilannya yang kurang.
2.      Selera seni
Selera seni sangat mempengaruhi indah tidaknya hasil foto. Hal ini berkaitan dengan sudut pengambilan, pencahayaan, serta komposisi yang baik. Tanpa adanya unsur seni, pemotret takkan bisa membuat foto yang baik dan berhasil.
3.      Objek
Menarik tidaknya suatu objek, tergantung pada penentuan sudut pemotretnya. Hal ini dikarenakan tidak semua objek indah difoto dan menghasilkan foto yang indah pula.
4.      Peralatan
Pemotret harus bisa menggunakan peralatan yang sesuai dengan yang ia perlukan. Tanpa adanya peralatan lengkap, pemotret tentu tak adapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
5.      Cetakan
Cetakan dalam hal ini adalah media yang digunakan untuk mencetak foto. Cetakan merupakan aspek penunjang keberhasilan yang tak kalah penting dibanding aspek-aspek penunjang lain


Dari penjelasan-penjelasan selanjutnya dapat diambil kesimpulan serta saran yang berkaitan dengan fotografi jurnalistik, yaitu :

KESIMPULAN
1.      Foto jurnalistik merupakan suatu foto yang berkaitan dengan berita atau persuratkabaran.
2.      Penggunaan teknik fotografi untuk media cetak baru terjadi pada akhir abad 19.
3.      Setiap foto jurnalistik atau foto berita pasti memiliki makna atau arti.
4.      Ada sedikit perbedaan antara foto jurnalistik, foto berita, dan foto kewartawanan. Perbedaan itu terletak pada orang yang membuatnya karena pada dasarnya ini foto berita dengan foto jurnalistik sama.
5.      Foto jurnalistik memiliki kriteria-kriteria tertentu.
6.      Ada berbagai macam jenis atau bidang-bidang foto berita. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis yang disampaikan.
7.      Selain kriteria, ada tema dalam penyajian foto.
8.      Suatu foto jurnalistik yang baik dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu

SARAN
1.      Seiring berjalannya waktu maka teknologi semakin canggih. Diharapkan dengan adanya teknologi maka dapat mempermudah pekerjaan seorang wartawan foto.
2.      Meski sudah modern, tetapi sejarah fotografi jurnalistik harus diketahui oleh mereka yang ingin menjadi seorang wartawan foto.
3.      Keahlian seorang wartawan foto merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi hasil foto, jadi sebelum benar-benar langsung terjun ke lapangan sebaiknya berlatih dulu.


DAFTAR PUSTAKA

Books, Editor of Time-Life. 1972. Photojournalism. Nederland : Time-Life International.


Dunn, Philip. 1988. Press Photography. United Kingdom : The Oxford Illustrated Press.

Hawe, Dodo. 2009. Sejarah dan Pemahaman Foto Jurnalistik. http://dodohawe.wordpress.com/2009/03/19/sejarah-dan-pemahaman-fotojurnalistik.

Penyusun, Tim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.  Jakarta: Balai Pustaka.

Soelarko, Prof.Dr.R.M. Foto yang Berkisah. Semarang : Dahara Publishing
     Penerbit Andi.

Soelarko, Prof.Dr.R.M. 1985. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung : PT Karya Nusantara.

Sugiarto, Atok. 2005. Paparazzi: Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

DIGITASI PETA HASIL SCAN UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN DIGITAL

Jumat, 08 Oktober 2010

Paper :DIGITASI PETA HASIL SCAN  UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN DIGITAL
________________________________________________________

BAB I
PENDAHULUAN

1          Latar Belakang

Untuk mengetahui bentuk suatu bidang tanah yang telah diukur maka dilakukan penggambaran atas bidang tersebut. Dari gambar yang telah dibuat, dapat dilakukan pengeditan atas gambar tersebut, meliputi penghitungan luas, nomor identifikasi bidang, atau penetapan batas-batas bidang atas tanah itu sendiri. Gambar-gambar bidang tanah tadi kemudian disatukan dan membentuk peta suatu daerah.
Dengan seiring berjalannya waktu, pengeditan dan penggambaran gambar-gambar bidang tanah  memanfaatkan teknologi yang berkembang. Perangkat lunak yang diinstal di komputer dimanfaatkan untuk mengerjakannya. Dengan menggunakan perangkat lunak ini, informasi yang ada menjadi lebih dinamis. Jika terdapat perubahan pada gambar dapat langsung dilakukan perubahan dengan memanfaatkan perangkat lunak tersebut. Hal ini dapat membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah dan optimal.
Perangkat lunak yang biasanya dipakai adalah AutoCAD Map. Ada sedikit perbedaan pada AutoCAD dengan AutoCAD Map. Yang paling dapat dilihat adalah adanya menu tambahan yang berkaitan dengan penggambaran peta pada perangkat lunak AutoCAD Map, sedangkan pada AutoCAD biasa tidak terdapat menu tambahan seperti itu.
Pengeditan gambar tidak hanya dilakukan pada gambar bidang yang dibuat dengan menggunakan AutoCAD maupun AutoCAD Map, pengeditan ini juga dapat dilakukan pada gambar bidang yang telah didigit dengan menggunakan perangkat lunak yang sama.
Kegiatan pendigitan peta ini diterapkan pada peta-peta lama yang telah discan. Tujuannya adalah agar dapat mengedit peta-peta tersebut. Namun, sebelum dilakukan pengeditan atas peta-peta tersebut, jenis datanya harus diubah terlebih dulu. Jika jenis datanya telah berubah menjadi data digital, barulah peta tersebut dapat diedit sesuai kepentingan.


2          Rumusan Masalah

Dengan berkembangnya teknologi, pekerjaan menjadi lebih mudah serta efisien. Hal ini juga berlaku di bidang pertanahan. Dengan berkembangnya teknologi, kegiatan penggambaran serta pengeditan peta dapat dilakukan dengan lebih cepat. Salah satu kegiatan pengeditan peta adalah dengan cara digitasi peta.

3          Tujuan Penulisan

Secara umum, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui tentang kegiatan digitasi peta pada peta yang discan untuk keperluan pemetaan digital. Tujuan spesifiknya adalah :
  1. Mengetahui tentang digitasi peta.
  2. Mengidentifikasi manfaat digitasi peta.
  3. Mengidentifikasi bagaimana digitasi dapat digunakan untuk keperluan pemetaan digital.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Digitasi Peta
Menurut Hasbi AS, Moh (2007), digitasi merupakan proses alih media cetak atau analog ke dalam media digital atau elektronik melalui proses scanning, digital photography, atau teknik lainnya. Sedangkan menurut Khomsin (2004) digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke formal digital. Dalam prosesnya, digitasi memerlukan waktu, tenaga, biaya, dan menuntut adanya tenaga ahli yang cukup menguasai tekniknya.
Cara yang biasanya digunakan untuk memasukkan data dari media kertas ke digital adalah dengan menggunakan alat digitizer dan scanner. Alat digitizer mengubah ke format vektor, sedangkan scanner mengubah ke format raster. Format vektor itu sendiri berupa objek atau kondisi di dalam dunia nyata yang disajikan dengan menggunakan titik dan garis, posisi setiap objek disusun dengan menggunakan sistem koordinat. Format raster menggunakan grid untuk menutup (meng-cover) suatu permukaan. Format raster menyajikan titik dengan sel tunggal, garis dengan sel bersebelahan yang berurutan, dan area atau polygon dengan suatu kumpulan sel yang berbatasan.
Data raster tersebut tidak dapat langsung diedit atau digunakan. Dalam prosesnya, data hasil scanning yang telah diubah menjadi data raster harus diubah ke format vektor on screen digitasi. Jenis file gambar yang akan didigit harus sesuai dengan kriteria yang diminta oleh AutoCAD Map, biasanya berjenis .jpg dan .tif. Setelah didigit, data yang telah mengalami perubahan format tersebut kemudian diedit dan perbaikan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Perangkat lunak (software) yang sering digunakan adalah AutoCAD Map dan ArcView. BPN sendiri memanfaatkan kedua perangkat lunak ini. Namun, untuk mengedit gambar peta, digunakanlah AutoCAD Map.
AutoCAD Map yang digunakan di kalangan BPN berbeda dengan AutoCAD Map pada umumnya. Di BPN, perangkat lunak ini telah diberi tambahan aplikasi yang mendukung pekerjaan yang berkaitan dengan penggambaran serta pengeditan gambar bidang tanah. Aplikasi ini dinamakan SAS (Stand Alone System). Aplikasi SAS ini dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga petugas yang kurang mengerti bahasa Inggris dapat memanfaatkannya tanpa harus belajar bahasa Inggris terlebih dulu.

B.     Manfaat Digitasi Peta
Keuntungan yang cepat dirasakan dari kegiatan digitasi peta hasil scan adalah mudahnya melakukan pengeditan, hal ini membuat peta yang telah didigit bersifat dinamis. Selanjutnya, peta-peta lama yang akan diedit tidak perlu digambar ulang jika akan diadakan perubahan atas peta tersebut. Hal ini dapat membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, cepat, dan optimal. Biaya pengerjaan juga dapat ditekan sehingga lebih hemat.
Hasilnya tidak berbeda jauh dengan peta asli karena digitasi peta dilakukan sesuai dengan peta asli yang digunakan untuk kepentingan yang berkaitan dengan pertanahan. Apabila diperlukan perubahan informasi atas bidang-bidang tanah yang ada dalam peta yang didigit tersebut, dapat langsung dilakukan perubahan tanpa harus mengubah peta yang asli sehingga jika memerlukan peta asli sebagai referensi, peta asli dapat dipakai.
Penggunaaan peta hasil digitasi juga tidak terbatas. Artinya, peta hasil digitasi dapat digunakan untuk berbagai keperluan setelah sebelumnya disesuaikan sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan itu misalnya tentang penentuan koordinat peta.
Keuntungan lainnya adalah peta-peta yang ada di cepat rusak karena disimpan dalam format digital. Berbeda dengan peta-peta analog yang memiliki kemungkinan rusak lebih banyak daripada peta yang dibaut serta disimpan dalam bentuk digital.

C.     Digitasi Peta dalam Pemetaan Digital
Hasil digitasi peta yang berasal dari peta hasil scanning dapat dimanfaatkan sesuai keperluan. Seperti digunakan untuk membuat peta dasar pendaftaran tanah, peta pendaftaran tanah, ataupun peta-peta lain yang dibuat dalam format digital.
Meski kelihatannya mudah digunakan, tetapi peta hasil digitasi juga memiliki kelemahan. Hasil digitasi peta yang discan tidak terhindarkan dari kesalahan akibat skala dan generalisasi. Tidak hanya kesalahan akibat skala dan generalisasi, kesalahan-kesalahan teknis sewaktu men-scan peta juga dapat mempengaruhi hasil digitasi peta tersebut. Misalnya saja posisi peta yang akan discan miring dan itu tidak disadari oleh petugas, kesulitan baru muncul ketika peta tersebut akan didigit. Keadaan peta yang cukup lama juga dapat mempengaruhi hasil digitasi peta. Jika keadaan peta yang akan didigit masih utuh, tentunya tidak ada masalah tetapi akan lain apabila keadaan peta yang akan didigit tidak benar-benar utuh atau ada sobekan di sana-sini. Hal ini cukup menyulitkan sewaktu peta didigit karena kemudian ini akan mempengaruhi standarisasi maupun perhitungan luas.
Untuk mengatasinya, diadakan perhitungan atas bidang-bidang tanah yang gambarnya didigit kemudian dicocokkan dengan data lapangan. Apabila terjadi perbedaan, maka data lapangan yang dipakai. Sedangkan untuk standarisasi layer, dipakailah cara standarisasi layer dengan me-klik satu per satu layer yang diinginkan (jika merupakan bidang tertutup biasanya digunakan cara seperti ketikan akan menghitung luas dalam AutoCAD). Untuk peta yang keadaannya tidak terlalu utuh, peta tersebut didigit sesuai garis yang terlihat di komputer.
Untuk keperluan pemetaan digital, peta hasil digitasi nantinya harus disesuaikan sesuai ketentuan yang berlaku. Misal jika digunakan di lingkungan BPN maka koordinat dari peta tersebut nantinya harus disesuaikan sesuai standar yang berlaku, yaitu diikatkan dalam koordinat TM3°. Kemudian peta tersebut harus diberi NIB (Nomor Identifikasi Bidang) bila akan dipakai untuk peta pendaftaran dan NIS (Nomor Identifikasi Sementara) bila akan dipakai untuk pembuatan peta dasar pendaftaran.

BAB III
PENUTUP

Pekerjaan penggambaran bidang tanah yang terdapat pada peta sebenarnya merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Keadaan suatu bidang tanah tak selalu sama, karena itulah diperlukan editing serta pembaharuan informasi bidang-bidang tanah.
Seiring waktu, teknologi berkembang di semua bidang. Tak terkecuali di bidang pertanahan. Untuk mempermudah pekerjaan, dimanfaatkanlah perangkat lunak yang bernama AutoCAD Map. Versi lain dari AutoCAD ini memiliki kelebihan terutama untuk keperluan menggambar maupun mengedit peta. Di BPN, perangkat lunak ini diberi aplikasi tambahan yang tak jauh berbeda dengan dasar AutoCAD Map itu sendiri. Aplikasi ini disebut dengan SAS (Stand Alone System).
Dengan adanya perangkat lunak yang diberi tambahan aplikasi SAS ini, pekerjaan yang berkaitan tentang penggambaran maupun pengeditan gambar dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan hemat. Penggambaran dengan menggunakan metode analog (kertas) mulai ditinggalkan, peta-peta lama yang merupakan peta-peta yang dijadikan dasar penggambaran mulai diubah formatnya menjadi digital dengan cara menggunakan digitizer serta scanner.
Kegiatan mengubah format peta yang tadinya berformat analog menjadi format digital disebut dengan digitasi. Diperlukan keahlian waktu, tenaga, biaya, dan menuntut adanya tenaga ahli yang cukup menguasai tekniknya. Hasil dari digitasi peta yang discan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti misalnya digunakan pembuatan peta dasar pendaftaran atau pembuatan peta pendaftaran. Selain itu, peta yang telah berformat digital dapat dengan mudah diedit atau diubah sesuai dengan kepentingannya.
Meskipun begitu, tetap ada kendala dalam menggunakan peta hasil digitasi untuk keperluan pemetaan digital. Mulai dari masalah teknis, usia peta, hingga keadaan gambar yang dapat mempengaruhi hasil pekerjaan digitasi. Hal itu itu nantinya dapat berpengaruh dalam pekerjaan editing yang lain, seperti standarisasi layer serta perhitungan luas. Namun, untungnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
 
DAFTAR PUSTAKA


Bakorsurtanal. 2009. Apakah Peta Digital itu ? Available [online] : <http://www.bakosurtanal.go.id/?m=11> [20  Mei 2009]

Hasbi AS, Moh. 2009. Teknologi dan Perpustakaan. Available [online] : < http://www.snapdrive.net/files/577716/ARTICLE/PERPUSTAKAAN%20DAN%20TEKNOLOGI%20(hasimori_1985@yahoo.com).pdf.> [18 Mei 2009]

Khomsin. 2004. Pendidikan dan Pelatihan(Diklat) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh September. Available [online] : <http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=377> [18 Mei 2009]

materi kuliah

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi untuk Kepentingan Bisnis

Paper : Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi untuk Kepentingan Bisnis
__________________________________________________________________
Pemanfaatan Teknologi SIG untuk Kepentingan Bisnis

Sistem Informasi Geografi atau yang biasa disebut dengan SIG memiliki banyak sekali manfaat. Pemanfaatannya tidak terbatas pada kepentingan yang berkaitan dengan kepentingan geografi saja, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk hal lain. Misalnya saja untuk kepentingan bisnis. 

Contoh pemanfaatan teknologi SIG untuk kepentingan bisnis ialah penggunaan SIG untuk pemasaran. Dengan penggunaan data SIG, dapat ditentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk membangun kantor distributor suatu produk. Misalnya saja akan membangun tempat untuk distribusi buku di suatu daerah (dalam hal ini biasanya disebut juga dengan kantor cabang).

Alasan pemakaian data SIG

Alasan pemakaian data SIG adalah untuk mengetahui tempat yang tepat untuk menentukan letak dimana kantor distribusi itu akan didirikan, mengetahui bagaimana kondisi lapangan lokasi yang direncanakan akan didirikan/ditempati sebagai kantor distribusi tersebut, apakah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau tidak. Lokasi yang dekat dengan laut/sering banjir sangat tidak sesuai jika dimanfaatkan untuk tempat/ kantor distribusi buku. Salah satu sebabnya adalah karena air dapat merusak buku yang akan dipasarkan tersebut. Jika buku-buku yang akan dipasarkan/ didistribusikan tersebut rusak, maka perusahaan penerbitanlah yang mengalami kerugian.

Akan lebih baik jika lokasi kantor distribusi itu berada di lingkungan yang memang diperuntukkan untuk lokasi kantor cabang yang diperlukan. Namun, kalaupun tidak bisa, berada sekitar lingkungan pemukiman juga dapat dijadikan alternatif. Karena untuk urusan distribusi buku semacam ini, kantor yang menjadi distributornya hanya memerlukan tempat untuk menyimpan buku-buku tersebut. Dia tidak akan menimbulkan dampak yang terlalu serius untuk lingkungan sekitarnya. Dampak yang dimaksud dalam hal ini seperti misalnya adanya limbah yang dapat mencemari lingkungan sekitar sebagai bagian dari kegiatan percetakan. Kantor distributor/cabang biasanya hanya bertugas untuk menampung produk yang akan didistribusikan di suatu wilayah, jadi dia takkan memberi terlalu banyak dampak negatif pada lingkungan sekitarnya. Penempatan di lingkungan pemukiman juga dapat membantu proses pendistribusian produk ke masyarakat. Lokasi yang mudah dicapai dapat membantu mereka yang berniat untuk membeli produk tersebut atau memasarkan kembali pada masyarakat. Jika lokasi kantor distributor susah dijangkau, ada kemungkinan terjadi masalah pada produk yang akan didistribusikan/dijual ke masyarakat luas. Penempatan tempat distribusi di lingkungan pemukiman saja tidak dapat langsung diterapkan karena ada faktor-faktor yang harus diperhatikan. Tentunya tidak baik jika akan membuat tempat/kantor distribusi untuk produk buku di lingkungan yang kotor, sering terkena banjir, dan tidak teratur. Hal itu akan mempengaruhi proses distribusi produk itu sendiri.

Oleh karena itu, melalui data SIG dapat diketahui kondisi lapangan lokasi yang akan dipakai sehingga pendiri bangunan dapat memanfaatkan lokasi sesuai dengan yang diinginkannya dan tidak merugikan siapapun. Dengan menggunakan SIG, dapat pula dilakukan mengenai analisa pasar, analisa kependudukan yang tentunya dapat mempengaruhi pemasaran.

Layer yang diperlukan

Ada beberapa layer yang diperlukan untuk keperluan ini :

a. Layer peruntukan tanah
Dengan layer ini dapat diketahui peruntukan tanah yang akan digunakan. Tanah untuk daerah pertanian tentu saja tidak cocok jika digunakan untuk mendirikan bangunan atau dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Begitu pula sebaliknya, tanah yang tidak subur tentunya tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Melalui layer ini pula alih fungsi lahan dapat dihindarkan.

b. Layer tentang harga tanah
Dengan layer ini dapat diketahui berapa harga tanah yang akan digunakan serta harga tanah rata-rata di daerah tersebut. Jadi dalam transaksi jual beli atau sewa tanah, calon pemakai tanah tidak dapat ditipu karena sudah mengetahui harga tanah yang akan digunakan.

c. Layer pemukiman
Dengan menggunakan layer ini dapat diketahui daerah pemukiman yang ada di sekitar lokasi yang akan dibangun/digunakan untuk kantor cabang. Dengan layer ini pula dapat diketahui kepadatan pemukiman di suatu daerah dan pengusaha dapat merancang distribusi barang yang akan didistribusikannya.

d. Layer tentang daerah banjir di kawasan tersebut
Melalui layer ini dapat diketahui daerah mana saja sering terkena banjir. Ini sangat penting karena selain dapat mempengaruhi proses distribusi, hal ini juga berpengaruh pada proses penyimpanan barang distribusi. Barang-barang seperti buku tidak boleh disimpan di tempat yang lembab, apalagi sampai terkena air.

e. Layer tentang kondisi lingkungan di kawasan yang akan dipakai
Melalui layer ini dapat diketahui tentang kondisi lingkungan daerah yang akan dijadikan sebagai tempat distribusi barang. Apakah daerah itu rawan bencana atau tidak, apakah sering terkena banjir atau tidak. Melalui layer ini, dapat pula diketahui tentang kualitas lingkungan di suatu daerah, apakah daerah tersebut wilayahnya sudah banyak tercemari atau belum.

f. Layer tentang perusahaan atau kantor cabang perusahaan lain yang berada di sekitarnya.
Dengan layer ini dapat diketahui kantor-kantor atau perusahaan lain yang berada di sekitar tempat yang akan digunakan untuk tempat/kantor distribusi/cabang. Hal ini akan menguntungkan seandainya perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar kantor cabang / tempat distribusi tersebut ternyata dapat membantu memasarkan produk yang ada. Dan seandainya perusahaan-perusahaan yang ada merupakan pesaing, dapat dirancang pula strategi distribusi produknya.

g. Layer tentang akses jalan/ lalu lintas di kawasan tersebut
Lewat layer ini dapat diketahui akses lalu lintas yang melewati kantor / tempat distribusi yang akan dibangun. Semakin dekat dengan jalan raya atau aksesnya semakin cepat maka proses distribusi juga akan berjalan cepat.

Data Spasial dan Data Atribut
Sementara itu, data spasial dan data atribut dari layer-layer diatas :
Layer
Data Spasial
Data Atribut
Peruntukan tanah
Titik
Keterangan peruntukan tanah, izin peruntukan tanah, status tanah yang ada di kawasan itu.
Harga tanah
Titik
Harga tanah per meter, harga tanah rata-rata di daerah itu
Pemukiman
Titik
Nama kampung/ kawasan pemukiman, banyaknya pemukiman di daerah tersebut, jumlah RT/RW di kawasan itu, jumlah kepala keluarga di pemukiman itu.
Daerah banjir
Area / polygon
Luas daerah yang biasa terkena banjir, letak daerah yang biasa terkena banjir.
Kondisi lingkungan
Area / polygon
Kualitas lingkungan di kawasan tersebut, adanya pencemaran atau tidak di kawasan tersebut.
Perusahaan atau kantor cabang perusahaan lain yang berada di sekitarnya
Titik
Nama perusahaan, bidang usaha, alamat perusahaan/kantor tersebut, jarak dari tempat yang akan digunakan.
Akses jalan/ lalu lintas
Garis
Nama jalan, panjang jalan, dekat dengan jalan (utama) / tidak, apakah jalan itu cukup dilewati kendaraan pengangkut barang/ tidak

Contoh Pemanfaatan 

Banyak sekali kegunaan Sistem Informasi Geografi, terutama untuk kepentingan bisnis. Melalui layer-layer tadi dapat diketahui :
1.      1.Mengenai harga tanah (baik harga jual maupun harga sewanya)
2.      2.Kondisi lingkungan di sekitar tanah yang akan dipakai sehingga dapat mengantisipasi situasi.
3.      3.Peruntukan tanah. Tanah yang akan dipakai memang berfungsi untuk kepentingan pembangunan, bukan  pertanian sehingga alih fungsi lahan dapat dihindari.
      4..Tentang pemukiman. Dari layer pemukiman dapat diketahui padat tidaknya suatu daerah dan bagaimana merancang strategi pemasaran produk.
5.      5.Kondisi lingkungan maupun potensi terkena bencana alam. Dengan menggunakan layer yang ada dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja dihadapi dan dapat dihindari yang berkaitan dengan faktor alam.
6.      6.Perusahaan atau kantor cabang / tempat distribusi lain yang berada di daerah sekitar. Dengan ini, dapat dirancang strategi pemasaran produknya. Apabila perusahaan-perusahaan yang ada dapat membantu pemasaran, hal ini dapat menguntungkan karena itu berarti proses distribusi akan berjalan lebih cepat.
7.      7.Lalu lintas atau akses jalan. Dengan informasi SIG yang berkaitan dengan jalan/lalu lintas, dapat diketahui apakah lokasi yang dipakai tersebut strategis atau tidak.